UNAFEED: Solusi Budidaya Ikan Sidat Berbasis IoT

Mengenal Ikan Sidat yang Unik


Ikan Sidat atau yang dikenal dengan Unagi merupakan ikan asli perariran Indonesia yang memiliki siklus hidup yang unik. Sidat akan bertelur dilaut, bertumbuh dewasa di air tawar, kemudian kembali lagi ke laut untuk bertelur. Larva sidat yang berada di laut akan terbawa arus ke muara sungai. Dari larva hingga dewasa, ikan sidat akan hidup di muara sungai, waduk, danau dan rawa. Siklus hidup yang unik ini membuat banyak masyarakat belum yang mengetahui teknik budidayanya. Di antaranya yaitu pola pemberian makan yang belum optimal. Ikan sidat memiliki siklus pencernaan khusus. Dilansir dari identitasnya sebagai karnovira, akan lebih efisien jika pemberian makan dilakukan sedikit demi sedikit namun dengan frekuensi yang sering, bisa 3-4 jam sekali, termasuk di malam hari. Adanya proses pemberian makan yang cenderung padat waktu, diperlukan pula tenaga kerja yang siap setiap 3-4 jam sekali termasuk pada malam hari. Selain itu, juga dibutuhkan jumlah pakan yang relatif banyak, di mana hal tersebut tentu menambah biaya. Terakhir yaitu terkendalanya proses otomatisasi karena ketersediaan pakan di pasaran yang tidak sesuai dengan ikat sidat yang seharusnya berbentuk pasta yang lengket, bukan pakan padat/pelet yang sering ditemukan.

 

Tim Unafeed & Tantangannya

 

Beberapa permasalahan di atas dijadikan latar belakang bagi Herawan Caraka, Taufik Jati, Lintang Wasesa, dan Hafizh Qodary dalam pembentukan inovasi solusi alat pakan sidat yang berbasis Internet of Thing (IoT). Digambarkannya penemuan dalam komponen mekanik dan komponen elektronik. Cara kerja dari alat tersebut yaitu pertama saluran dari feeder pakan memasukkan pakan sidat yang masih berbentuk bubuk ke dalam mixer, kemudian saluran dari feeder air memasukkan air ke dalam tangka mixer sebagai pelarut bubuk. Setelah itu, motor mixer akan menyala dan mengaduk pakan berbentuk bubuk dengan air sampai tercampur menjadi pasta. Motor Extruder akan menyala dan mendorong pakan yang telah berbentuk pasta ke kolam sidat. Terakhir, akan diatur terkait waktu, komposisi, dan jumlah pakan oleh komponen elektronik.
Sebelum dicetuskan ide terkait inovasi alat pakan sidat berbasis IoT ini, ternyata mereka perlu untuk melewati beberapa tantangan. Selain dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, mereka juga tadinya tidak semua mengenal satu sama lain. Awal pertemuan mereka yaitu di Gerakan Nasional 1000 Startup pada tahun 2016. Namun, mereka terpisah di antara tim yang berbeda. Jati, Lintang, dan Hafizh berada di tim yang berbeda dengan tim Raka. Raka mengaku bahwa saat itu masing-masing Start Up yang mereka geluti gagal total. “Tapi untuk saja sempat kenalan,” ujar Raka.
Pertemanan mereka berlanjut sampai tahun setelahnya ketika teman Raka yang bekerja di perusahaan riset Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia untuk penanaman modal asing mengajak untuk meneliti potensi ikan sidat. Bertemulah mereka dengan Dr Agung Budiharjo, seorang dosen Biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret yang juga merupakan praktisi ikan sidat. Dari beliaulah tervalidasi terkait ketiadaan alat pakan sidat otomatis. Raka melihat ini sebagai peluang untuk berkarya, dan saat itu ia langsung terpikirkan oleh ketiga teman yang sempat ditemuinya pada acara tahun sebelumnya. Itulah awal mula terbentuknya Unafeed.
Walaupun ide sudah dicetuskan sejak lama, namun proses eksekusinya terbilang cukup lama untuk ukuran Start Up. Baru sejak tahun 2019 ide mereka dapat dieksekusi setelah terjadi beberapa kendala, mulai dari ketiadaan co-founder yang paham terkait mekanisme sampai soal pernikahan.

 

Potensi Unafeed di Masa Depan

Terlaksananya ide membuat automaitc feeder tidak membuat mereka cepat puas. Mereka berencana untuk membuat alat pakan yang benar-benar siap untuk diaplikasikan ke kolam. Setelah itu, mereka juga berencana untuk melakukan integrasi dengan sensor kondisi air, microbubble generator, dan kamera pengawas. Data yang didapat dari kolam nantinya akan dikembangkan menjadi artificial intelligence untuk deteksi dini penyakit dan meningkatkan pemahaman terkait ikan sidat serta untuk melakukan analisis masalah lain. Selain itu, mereka juga turut mengembangkan e-commerce untuk kelengkapan beternak, hasil panen, dan crowfunding ternak ikan sidat.
Tentunya mimpi mereka tidak mungkin diraih sendirian. Mereka perlu untuk melakukan kolaborasi, di antaranya melalui Hack a Farm yang dapat memberikan akses yang penting ke Jala, Indmira, Petani Muda, ReNon, dan berbagai incubator seperti Blok71 dan ABP. Tentu dengan itu, praktik Unafeed akan lebih optimal.
“Bahkan dalam jangka panjang kami bermimpi untuk membuat perusahaan bioteknologi yang dapat memecahkan berbagai persoalan perikanan dan pertanian, tidak hanya terbatas pada ikan sidat.” jelas Raka. “Makanan itu kebutuhan pokok, hanya saja produksi, distribusi, dan konsumsinya banyak yang asimetris. Banyak kelangkaan di satu sisi tapi banyak juga pemborosan di sisi lain. Problem-nya sangat banyak, maka peluang untuk membuat solusi seharusnya juga tidak kalah banyak. Untuk itu, kalau kami mampu membuat solusi yang benar-benar bermanfaat, tentu dapat dihargai dalam berbagai bentuk.” lanjutnya menjelaskan terkait urgensi pertanian.

(Firda)