Terlahir dari keluarga petani dan tumbuh di lingkungan pertanian yang sejuk di desa Sidomukti, Kopeng, Jawa Tengah, membuat pemuda yang akrab disapa Fian tak asing lagi bergelut di bidang petanian. Suka duka kehidupan petani yang bersusah payah menyediakan kebutuhan pangan masyarakat, mulai dari proses penggarapan lahan, kelangkaan pupuk. Belum lagi biaya produksi yang harus dikeluarkan petani yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual hasil pertanian yang rendah. Hal tersebut membuat Sofyan berinisiatif menggarap lahan pertanian keluarganya menggunakan konsep organik.
Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi pertanian Indonesia, petani cenderung konsumtif membeli pupuk kimia dan pestisida sintesis tanpa memperhitungkan dampak pada ekosistem pertanian. Sementara banyak petani yang enggan beralih ke pertanian organik. Sistem Pertanian organik memiliki analisis biaya produksi yang lebih rendah karena tidak ada biaya pembelian pupuk kimia dan pestisida sintetis sehingga sangat menguntungkan petani.
Bertani organik menurut Sofyan adalah bentuk pertanian jujur, menyehatkan alam, petani dan konsumen. Pengelolaan lahan dilakukan dengan konsep kembali ke alam, menggunakan pupuk alami, tidak menggunakan pestisida kimia berbahaya, melainkan dengan pestisida nabati dan agen hayati.
Sejalan dengan itu, pemuda kelahiran semarang 20 Juli 1995 ini memantapkan diri masuk Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (UKSW) pada tahun 2013. Awalnya Sofyan mengambil jurusan Agribisnis tapi kemudian transfer ke Agroteknologi. “Ketika di lahan bersama petani saya lebih banyak ditanya tentang teknis budidaya, hama penyakit, pengendalian hama dan saya juga lebih suka budidaya”, ungkap Sofyan saat ditanya alasannya beralih ke bidang Agroteknologi.
Keseriusannya bergelut dibidang pertanian dibuktikan dengan dibangunnya unit usaha Sayur Organik Merbabu (SOM) tahun 2013 silam. Usaha ini didukung program Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW. SOM dibentuk sebagai unit usaha penyedia komoditas sayur organik sekaligus sebagai mitra petani organik di daerah lereng Merbabu. Tenaga kerja yang dilibatkan dalam mengelola unit usaha SOM diambil dari masyarakat sekitar. Teknis budidaya di arahkan langsung oleh Sofyan dan ayahnya, sedangkan untuk marketing di kelola sang kakak, Hamzah Ari Wibowo.
Penyuka nasi goreng dan tumis sayur ini bercita cita menjadikan SOM salah satu perusahaan besar dibidang pertanian. Misinya menjadikan sayur organik sehat dapat dinikmati semua kalangan masyarakat. Melalui manajemen pertanian dan dibantu keluarganya ia mulai mengedukasi petani-petani sekitar untuk beralih ke pertanian organik yang ramah lingkungan. Sofyan bependapat ketika masyarakat mulai mengkonsumsi sayuran sehat maka kita secara tidak langsung membantu mensejahterakan kehidupan keluarga. Kehidupan masyarakat akan lebih sehat jika mengkonsumsi sayur-sayuran yang ditanam secara organik. Resiko kesehatan pun dapat dicegah.
Tak mudah menjalankan misinya itu. Berbagai kendala dihadapi Sofyan di awal-awal masa peralihan ke pertanian organik, serangan Hama dan Penyakit seperti ulat, kutu daun, trips, nematoda dan semua penyakit sayuran yang disebabkan oleh serangga, bakteri dan virus. Namun seiring pengalaman berbudidaya, kendala dapat diatasi menggunakan pestisida hayati dan nabati yang mudah terurai dan tidak berbahaya bagi tanah, tanaman dan manusia. Sebagai contoh, Sofyan menggunakan pestisida dari titonia, mimba, temu-temuan, serta agen hayati tricoderma.
Komoditas yang dipilih Sofyan cukup beragam. Ia menanam beberapa jenis sayur yang jarang ditemukan dipasar untuk dibudidayakan secara organik. Beberapa contoh komoditas andalan Sofyan ialah Sawi Pagoda, Spinach/horenzo, kol ungu, Kale, Selada Merah, Selada Hijau, Endive, Basil, Papermint, Okra, bit, lobak, labu siam dan masih banyak lagi. Wilayah pemasaran SOM pun meluas mulai dari Salatiga, Semarang, Magelang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Depok sampai pasar luar pulau seperti Balikpapan.
Dukungan dari orang tua dan teman-teman membuat Sofyan mulai mengenalkan sistem pertanian organik ke masyarakat sekitar dan ke kalangan anak-anak muda melalui berbagai kegiatan seperti kunjungan lahan, fieltrip, Praktek Kerja Lapangan dan menjadi narasumber inspiratif di beberapa acara seminar. Sebagai contoh Sofyan didaulat sebagai pemakalah “Sayur Organik Merbabu” pada karya ilmiah yang diadakan oleh DIKTI tingkat regional Jawa Tengah.
Terakhir, Sofyan berpesan selalu menghargai kerja keras dan perjuangan petani melalui hal-hal kecil dan sederhana misalnya menghabiskan makanan yang kita makan. Perlu berbulan-bulan menumbuhkan tiap bulir padi, tiap helai sayur, tiap umbi tanaman. Bukan pekerjaan yang sederhana tentu. Sudah selayaknya kita bangga menjadi petani! Wah. (Ras)