Merintis Usaha Tani Pisang Raja Bagus, Pisang Lokal Yogyakarta

Sempat tidak ingin kuliah lantaran, tidak diterima di jurusan tehnik nuklir yang ia idam-idamkan, Pria kelahiran 4 September 1988 memantapkan pilihan dibidang komunikasi, Universitas Islam Indonesia. Tak tanggung – tanggung kini pemilik nama lengkap Taufiq Noor Hidayat ini tengah menyelesaikan tesisnya di S2 Komunikasi Universitas Negeri Surakarta. Lantas apa yang menyebabkan ia menggeluti dunia pertanian, khususnya budidaya pisang?

Sebagian besar penduduk di Indonesia, bahkan di dunia, hampir dapat dipastikan mengenal pisang. Pisang termasuk salah satu jenis buah tropis yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikelola secara intensif berorientasi agribisnis. Berdasarkan penelusuran literatur, terungkap bahwa pisang sudah dikenal dan dikonsumsi sejak zaman Kaisar Romawi, Oktavius Agustus. Seorang dokter bernama Antonius Musa berjasa menganjurkan makan pisang untuk kesehatan Kaisar. Untuk mengenang jasa dokter Musa, maka nama latin pisang ditetapkan dengan sebutan Musa paradisiaca.

Dewasa ini, pisang telah menjadi mata dagang ekspor dan impor di pasar Internasional. Namun dibalik potensi agribisnis yang menjanjikan tersebut terselip kehidupan petani pisang yang banyak tak bangga akan potensi pertanian yang dikembangkan. Padahal pertanian merupakan ujung tombak kehidupan.

Berawal dari keprihatinan tentang profesi petani, Taufiq mempunyai misi petani harus menjadi profesi kebanggaan, bukan profesi pilihan terakhir ketika berbagai hal lain sudah dikerjakan. “Kita sering mendengar jawaban lantang ketika seseorang menjelaskan pekerjaanya di perusahaan migas, dokter, PNS, atau berbagai profesi lainnya. Namun yang memiliki pekerjaan sebagai petani umumnya akan menjawab dengan lesu ketika menjelaskan pekerjaannya, seakan tidak ada masa depan yang pasti. Sebuah paradigma yang selayaknya diperbaiki” jelas Taufiq

Taufiq mulai mengeluti budidaya pisang dari awal tahun 2016 dengan terlebih dulu belajar dari beberapa ahli pembudidaya pisang. Ia berguru pada Mbah Lasiyo, ketua Gapoktan Tani Pisang di daerah Pleret, Bantul, Yogyakarta. Selain itu ia juga belajar dari Pak Jito, Petani pisang raja dengan luas Lahan 3 Ha dari Bantul, Yogyakarta. Dari proses belajar sana sini itu ia mulai menerapkannya dan mengaplikasikannya di lahan.

“Bertani tak hanya perkara tanam kemudian tumbuh. Ada proses yang harus dilalui dengan bertahap. Sebut saja dari proses persiapan lahan, pengolahan tanah, pembibitan, pemelihaaran, termasuk pemupukan dan penyiangan. Hingga proses pemanenan. Sungguh proses yang membutuhkan kesabaran bukan?”, terang penyuka makanan tradisional ini.

Taufiq total membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk persiapan lahan seluas 2000 m2. Hal ini ia mulai dari pembajakan tanah kemudian membuat bedengan. Proses pembuatan bedengan membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan. Setelah itu proses dilajutkan dengan penambahan dolomit agara pH tanah tidak asam. Penaburan jamur tricoderma juga dilakukan agar tanaman pisang yang tumbuh tak busuk.

Langkah budidaya yang tak selalu mudah ini membuat Taufiq sering di sodori banyak pertanyaan dari kiri kanan. Beberapa teman sepermainannya mulai sering berseloroh “Mengapa susah-susah bertani, jika bisa bekerja di bawah AC tanpa berkeringat dan panas-panasan.” Terang Taufiq sambil tersenyum getir.

Tak mau larut dalam pandangan umum yang menyatakan pertanian tidak menarik. Taufiq dibantu seorang rekannya menggarap lahan 2000 m di jalan besi raya. Lahan yang sebelumnya areal persawahan ini telah ia sulap menjadi perkebunan pisang. Lebih dari 200 bibit pisang ia tanam, bibit dari kebun plasma nutfah pisang Dinas Pertanian Yogyakarta. Tak tanggung-tanggung, Pisang Raja Bagus menjadi pilihannya. Pisang yang dikenal akan rasa manisnya ini merupakan varietas unggulan pisang lokal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang tak ditemui di daerah lain.

Pisang raja bagus yang berasal dari lingkungan Keraton Yogyakarta ini merupakan pisang kesukaan dari keluarga Sultan Yogyakarta. Pisang ini juga digunakan dalam berbagai ritual tradisi budaya di internal Keraton Yogyakarta.

Selain menekuni budidaya pisaang raja, Taufiq juga aktif mengurusi yayasan Generasi Penerus Bangsa. Yayasan ini ia bentuk bersama teman-teman sepermainannya di tahun 2011. Bertempat di Ngaglik, Sinduharjo Yogyakarta, yayasan ini bergerak dibidang sosial, pendidikan dan enterpreneur. Kegiatannya bertujuan untuk mewadahi anak-anak usia sekolah (SD-SMP) dengan berbagai kegiatan positif di waktu senggang mereka.

.DSC06266

Taufik berharap kedepannya pertanian Indonesia dapat mengekspor hasil pertanian lokal. “Hal ini bisa dicapai jika petani kita bekerjasama mengasilkan komoditas pertanian lokal”, imbuh Taufiq.

Hal ini bukan tak mungkin jika generasi penerus bangsanya tak malu lagi menjadikan petani sebagai profesi. Yuk dukung Taufiq serta petanimuda lainnya untuk bangga menjadi petani!

(ras)