Mengawali usaha dengan bidang yang disukai menjadi kata kunci kesuksesan Lian Kusnaedi. Banyak orang belum menggarap serius usaha tanaman hias kaktus dan sukulen karena peminatnya dianggap tidak seramai tanaman hias jenis bunga atau daun. Namun di tangan pemuda kelahiran Bandung, 30 September 1979 ini, kaktus dan sukulen menjadi usaha menjanjikan bahkan bisa menembus pasar eksport.
Cerita berawal ketika tahun 2006 silam sedang ramai tanaman anthurium yang berimbas ke tanaman lain salah satunya kaktus dan sukulen. Lian pun turut serta dalam demam koleksi tanaman ini. Jeli melihat peluang pasar, hobby akan tanaman kaktus dan sukulen ia tekuni hingga coba menawarkan tanamannya ke beberapa rekanan. Respon yang positif meningatkan gairah usaha lulusan peternakan Universitas Padjajaran ini. Modal awal yang hanya sebesar 1 juta rupiah ia gunakan untuk budidaya dan perbanyakan tanaman.
Dipilihnya tanaman yang bisa menyimpan air dalam batangnya ini karena tidak memerlukan perawatan khusus dan hemat air. Sehingga bisa dilakukan siapa saja bahkan yang belum pengalaman memelihara tanaman sekalipun. Selain itu tidak memerlukan tempat yang terlalu luas karena tanaman tergolong tanaman kecil.
Perjalanan usaha kaktus dan sukulen yang ditekuni Lian tidak selalu berjalan mulus. Lelaki yang semasa kuliah pernah menjabat sebagai Wakil ketua Badan Pengawas Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (BP-Ismapeti) ini pada tahun 2009 pernah menyetop produksi kaktus dan sukulen karena fokus pada usaha peternakan sapi. Namun, permintaan pada tanaman mungil ini terus meningkat, yang menggoda Lian pada tahun 2014 kembali menekuni usaha kaktus dan sukulen dibawah bendera Alima Nursery yang kini berganti nama menjadi Plantania.
Perawatan yang mudah menjadikan tanaman kaktus dan sukulen banyak digunakan sebagai hiasan rumah dan souvenir pernikahan, ulang tahun, acara kantor dll. Pasar ini yang menjadi target marketing Plantania. Tak hanya pasar dalam negeri, negara tetangga seperti Tiongkok, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong juga menjadi pasar potensial kaktus dan sukulen Lian Kusnadi. Pemasaran yang awalnya melalui marketing online ini turun membanggakan Indonesia, mengingat hasil pertanian Indonesia mewarnai pasar ekport dunia.
Tak pelit berbagi rahasia suskes, Lian dengan rendah hati menjelaskan, “ Semua berawal dari hobby, akan sangat menyenangkan menjalankan usaha yang tak lain adalah hobby kita.”
“Upayakan produk yang akan diproduksi adalah produk yang bisa dipasarkan ke manca negara agar pasar sangat luas, karena apabila kita mampu memasarkan ke luar negeri, maka pemasaran dalam negeri akan lebih mudah. Regulasinya tentu akan lebih mudah memasarkan di dalam negeri dibanding dengan ke luar negeri”, tambah penyuka bakso ini.
Kemudian ia mengungkapkan bahwa permintaan di setiap negara berbeda-beda, China dan Hongkong biasanya melakukan minimum order sekitar 1000 pcs, dengan harga $0,7 – $5/pcs. Sedangkan Negara Korea Selatan permintaannya tidak menentu, tergantung dari ketersediaan tanaman, setiap kaktus dan sukulen dihargai $5 – $100. Dari sekian tanaman budidaya, jenis Evheveria Sp menjadi produk yang paling banyak diminati oleh konsumen.
Saat ditanya apa suka dukanya menjalankan bisnis ini, Lian mengatakan “Sukanya ketika permintaan meningkat pada saat kaktus dan sukulen yang saya budidayakan siap di pasarkan. Sedangkan dukanya ketika tidak ada permintaan yang mengakibatkan kaktus dan sukulen harus menjadi produk lokal”.
Lian juga menambahkan hal yang membuat hatinya miris, saat pembeli dari Korea Selatan mengungkapkan Indonesia negara yang subur makmur, memiliki air melimpah dan sinar matahari cukup , namun sayangnya banyak sekali masyarakat hidup di garis kemiskinan. Harapannya, dengan sumber daya air dan matahari melimpah tersebut mampu mengantarkan Indonesia menjadi produsen penghasil produk pertanian terbesar dan hebat. (Leana.)