Kata ”Kebunbond” terdengar cukup unik di telinga. Kebunbond berasal dari “Kebun” dan “bond”. Kata Kebun Lebih mengarah ke pertanian, sedangkan “bond” lebih bermakna ikatan yang terbentuk dari pendirinya. Kebunbond bentukan duo yang bertemu dibangku perguruan tinggi yang sama-sama tergerak mengelola pertanian secara organik. Mereka: Raden Galih Raditya (Galih) dan Fajar Rizki Hamdani (Fajar). Galih merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum Bandung (STHB) dan Fajar adalah mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Cerita bermula ketika Galih dan Fajar mulai tertarik mengenai konsep pertanian organik yang dijelaskan oleh Suparwan dari Famorganic. Saat itulah mereka mulai sedikit demi sedikit belajar pertanian. Latar belakang mereka yang beragam membuat mereka harus extra belajar tentang pertanian. Hal ini tidak menjadi kendala tapi tantangan yang seru untuk dilakukan.
Kebun yang dikelola Kebunbond berawal dari mini kebun seluas 600 m2 di daerah Cihanjuang milik seorang teman, namun saat ini telah berpindah ke daerah Arjasari, Banjaran, Bandung Selatan. Ditempat yang baru ini Galih dan Fajar mengajak petani lokal untuk mengelola lahan pertanian. Investasi awal Kebunbond berasal dari iuran internal mereka sendiri. Terkumpul tak lebih dari 2 juta mereka gunakan untuk membeli benih, pupuk, alat-alat pertanian yang akan mereka gunakan.
Pernah pertama kali Kebunbond banyak menanam cabai dan tomat, saat panen pertama mereka binggung tak tau akan dikemanakan, alhasil mereka mensedekahkan hasil panen mereka. “Dari situ kami belajar bahwa bertani tak hanya mengenai proses produksi tapi juga hal lain seperti pengemasan, penyimpanan dan pemasaran”, ungkap Galih. Bertani menurutnya tak hanya sekedar proses memproduksi saja tapi juga terkait dengan kompetensi petaninya.
Kebunbond sendiri ingin menerapkan konsep pertanian yang berkelanjutan. Mereka mengajak petani untuk bertanam secara organik, artinya tidak mengunakkan pupuk kimia dan pestisida kimia sehingga produk hasil pertanian memiliki kualitas yang lebih sehat. Menerapkan panen perminggu dan menggunakan pengendalian hama alami. Lebih lanjut tentang pertanian organik, Fajar dan Galih menjelaskan jika Kebunbond menerapkan Prinsip-prinsip Pertanian Organik yakni Kesehatan, Ekologi, Keadilan dan Kepedulian.
Komoditas yang ditanam oleh Kebunbond unik dan beragam: wortel Ungu, lobak, Lettuce Iceberg, Kale Nero, Kale Siberian. Dipilihnya komoditas itu bukan tanpa alasan. Permintaan yang cukup banyak serta harga yang relatif tinggi menjadi pertimbangan. Selama ini mereka mengandalkan proses marketing secara sosial media dan comunity market, artinya bergabung dalam komunitas untuk membentuk jejaring dengan orang-orang yang memilki tujuan serupa. Seperti contoh Kebunbond telah memasarkan produk hasil kebun organik mereka pada Se.rasa. Se.rasa merupakan warung salad yang mengolah makanan sehat dari kebun petani.
Mini store di daerah Arcamanik juga telah berhasil mereka dirikan untuk menunjang pemasaran produk Kebunbond. Tak hanya dijual di toko mereka, hasil pertanian dari Kebunbond juga rutin dipasarkan di pasar sehat Kota Bandung. Sebut saja Pasar Sehat 1000 Kebun, Pasar Hejo, Pasar Sehat Greeting (Green Charity Running), dan masih banyak pasar-pasar kecil lainnya. “Kebetulan untuk Pasar Sehat 1000 Kebun itu kami sendiri yang menginisiasi, jadi kami mengajak tetangga sekitar yang berhobi sama untuk memasarkan hasil pertanian organik mereka”, ujar Galih.
Pengalaman mengelola Kebunbond sejak 2013 akhir, baik Galih maupun Fajar telah merasakan betul bagaimana menjadi petani. Kerja keras petani dalam menyediakan bahan pangan terbaik selayaknya patut diapresiasi. “Di Kebunbond aku belajar banyak, termasuk belajar teknis pertanian seperti membuat bedengan, bahkan mencangkul”, ungkap Galih yang sempat cidera punggung karena mencangkul ini.
Kebunbond bagi Fajar juga memberikan banyak pengalaman, menurutnya selama di Kebunbond, ia selalu menemukan jalan untuk membuat Kebunbond senantiasa berkembang. Mulai dipertemukannya dengan orang-orang sejalan dan memiliki semangat sama sampai proses pemasaran hasil pertanian yang selalu ada permintaan.
Menurut Fajar, baik sisi Marketing ataupun Branding memiliki peranan yang sangat penting dalam memasarkan hasil pertanian. Selain itu konsep jualan yang mengajak berbagi ilmu atau mengajak masyarakat menikmati hasil pertanian langsung, juga cukup efektif.
“Karena menyerah itu hal yang gampang, menyerah itu bisa nanti-nanti saja” begitu ungkap Fajar mengenai bagaimana tips anak-anak muda ketika ingin bergelut di pertanian. Memulai dari skala kecil dahulu, mengedepankan kualitas, kemudian kreatif dalam memasarkan baik secara sosial media maupun offline market dan packaging menarik merupakan serangkaian tips penting jika mendirikan start up dibidang pertanian. Wah!
(ras)