Commited Farmer : Ketika Petani Terhubung dengan Investor

Pemuda yang satu ini memiliki minat yang besar terhadap dunia pertanian. Mengambil jurusan Agroteknologi semasa kuliah membuat Agus Wibowo semakin tertarik untuk berkecimpung dalam dunia pertanian sebagai agroentrepreneur. Disaat sarjana lain berlomba untuk melamar kerja dalam suatu instansi, Agus memberanikan diri untuk menjadi agroentrepreneur. Terhitung sejak tahun 2016, pemuda yang masih berusia 24 tahun ini memilih tanaman kentang sebagai komoditas utama yang dikembangkan. Lahan pertanian dengan luasan total 3 hektar dan berlokasi di daerah Sumberejo, Ngablak, Magelang saat ini menjadi tempat yang wajib ia kunjungi setiap hari untuk memeilihara tanaman kentang.

Bermula dari kesadarannya semasa SMA terhadap potensi pertanian di daerah tempat tinggalnya, Agus mulai tertarik pada dunia pertanian. Beliau merasa prihatin ketika melihat keadaan petani yang justru tidak memanen dan menjual hasil taninya, tetapi membiarkannya membusuk di lahan karena harga yang sedang jatuh di pasaran. Keadaan itulah yang menumbuhkan keinginan Agus untuk mengelola pascapanen produk pertanian hortikultura demi membangun desanya dengan masuk jurusan Teknologi Pangan. Meskipun pada akhirnya Agus masuk dalam jurusan Agroteknologi dan tidak mengakomodasinya untuk dapat memperoleh pengelolaan pascapanen, Agus tidak patah arang untuk tetap merealisaiskan niatnya. Oleh karena itu, Agus aktif dalam komunitas petani muda dan beberapa organisasi.

Seiring dengan berjalannya waktu, hasil dari usaha tani dijalaninya cukup memuaskan. Akan tetapi, Agus melihat masalah tentang persediaan benih kentang di wilayah Magelang masih kurang. Kemudian beliau mencari yang bisa diajak bekerjasama dalam hal tersebut, hingga akhirnya beliau mendapat dukungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Magelang. Dukungan tersebut diwujudkan dalam pendirian penangkaran benih dan merupakan tempat penangkaran benih satu-satunya di Kabupaten Magelang yang bersertifikat. “Sampai sekarang saya sedang mencoba melakukan perluasan dengan tujuan menjadi pemenuh kebutuhan benih kentang di daerah Magelang mengingat potensi untuk menanam kentang di lereng Gunung Merbabu yang sangat tinggi, namun hanya sedikit yang dimanfaatkan”, ujarnya.

Kentang hasil panen Agus Wibowo

Hingga saat ini Agus menggarap lahan seluas 3 hektar, dengan 2 hektar milik pribadi dan 1 hektar merupakan lahan sewa serta berencana untuk menyewa lahan lagi seluas satu hektar. Komoditas utamanya adalah kentang dan beberapa komoditas sampingan untuk rotasi tanaman, yaitu kubis, brokoli, tomat, dan terkadang cabai keriting. Kentang dipilih sebagai komoditas karena harganya yang relatif stabil dan permintaan pasar yang tinggi, namun petani yang tertarik menanam kentang di daerah Magelang sangat sedikit. Harga jual kentang di pasaran berada pada posisi Rp9.000,00 sampai Rp11.000,00 per kilogram. Rata-rata produksi kentang 15-20 ton per hektar. Teknik budidaya yang digunakan Agus dalam usaha tani ini masih konvensioanal dengan menggunakan takaran pestisida tertentu yang secara perlahan dialihkan dalam budidaya secara organik. Selain itu, screenhouse yang digunakan untuk pembibitan kentang sudah mendapat lisensi dari BPSB Jawa Tengah Wilayah, sehingga agus berupaya untuk memproduksi kualitas kentang terbaik meskipun dnegan metode konvensional.

Tidak hanya aktif bertani di lahannya sendiri, alumni Fakultas Pertanian UNS ini juga tergabung dalam komunitas petani kentang, Himpunan Tani Muda Indonesia (HTMI), dan Akademik Tani Sukses Indonesia (ATASI). Beliau berusaha menjalin koneksi yang lebih luas untuk bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan sesama pengusaha tani serta menghidupkan kembali kelompok tani yang ada di daerahnya. Tak jarang beliau membagikan ilmunya untuk mengedukasi para petani dan rekan kerjanya untuk berkontribusi dalam kemajuan pertanian.

Lahan yang dimiliki Agus terbuka untuk siapa saja yang ingin berkunjung dan belajar bersama. Beliau juga maengatakan bahwa menjadi petani adalah pekerjaan yang nyaman, bebas, dan tingkat stress rendah, karena yang dijalani adalah hobi. Meskipun ancaman gagal panen juga sangat besar, hal tersebut Agus jadikan sebagai tantangan, sehingga tetap terus megevaluasi setiap pekerjaan dan SOP yang dilakukan untuk meminimalisasi potensi gagal panen. Ternyata, dibalik kesibukannya sebagai petani, Agus adalah pendiri dari Committed Farmer. Committed Farmer merupakan sebuah wadah yang menghubungkan petani dengan para investor untuk lebih bisa mengembangkan usahanya. Pendirian Committed Farmer berawal ketika Agus ingin menjalankan usahataninya, dengan tidak meminta modal kepada orang tua. Maka dari itu, Mas Agus mencari investor untuk memodali usahanya.


Pembibitan kentang

Modal yang digunakan untuk mengelola lahan seluas 10.000 m² adalah 10 juta. Tidak ada syarat bagi investor tentang minimal modal yang harus diberikan. Langkah awal adalah mencari petani yang siap diberi modal dan menggarap lahan baru kemudian mencari investor yang mau menanamkan modalnya. Keuntungan dari penggunaan program Committed Farmer ini adalah dana dari investor dapat berkembang dan petani tidak lagi kesulitan untuk mendapatkan bibit kentang. Membekali diri dengan ilmu yang didapat dari perkuliahan, pengalaman, serta hasil diskusi dengan pengusaha tani kentang dan masyarakat sekitar, Agus berani menjamin kualitas produknya. Hal itu yang mengantarkan Mas Agus dapat menjalin kemitraan dengan Indofood sejak satu tahun lalu.

Program Committed Farmer yang diinisiasi oleh Agus sudah menarik 4 orang investor dengan investasi sebesar 60 juta hanya dalam waktu yang relatif singkat. Setiap petani memiliki satu investor. Banyak investor yang datang dengan sendirinya untuk menjalin kerjasama dengan petani yang terhubung dalam Committed Farmer . Cakupan petani yang diberi modal adalah petani sekitar tempat tinggal Agus. Hal tersebut bukan tanpa alasan, Agus membatasi cakupan itu atas dasar pertimbangan jangkauan pengawasan. Kendala tenaga kerja dan bibit tidak menjadi masalah yang berarti karena dapat memasok bibit sendiri melalui penangkaran bibit yang diambil dari Jawa Barat, Malang, dan Pegunungan Tengger. Petani muda kreatif ini juga sedang berusaha menghidupkan kembali kelompok tani disekitarnya melalui kegiatan pelatihan pembuatan kompos, pengembangan bakteri penetral tanah, dan yang lainnya.

Harapan Agus untuk pemuda Indonesia khususnya yang berkuliah di jurusan pertanian adalah agar para pemuda kembali ke desa karena sumber daya petani yang ada sekarang rata-rata orang tua. Jadi, pemuda Indonesia harus ambil peran untuk memajukan pertanian Indonesia dengan menghidupkan lilin-lilin di desa. Selain itu, dapat mengajak para petani Indonesia untuk bertani secara bijak dan berkelanjutan agar dapat dinikmati generasi berikutnya.

 

Penulis :

 

Rezqyana Ayu pertiwi

Clarissa Shafira Putri

Kartika Maya Sari

Alfian Shidiq Nurrohim

Agung Faris Anugrah