Cerita Duta Petani Muda 2016: Rici Solihin “Paprici” Petani Paprika Masa Kini


Berawal dari keprihatinannya akan kondisi pertanian di Indonesia, menggerakkan hati seorang Rici Solihin, pemuda kelahiran Bandung, 20 Agustus 1990 untuk bergelut di bidang tersebut. Menurutnya keterbatasan akses informasi dan tingginya biaya logistik adalah permasalahan utama yang dihadapi oleh petani saat ini.

Menjawab masalah di atas, Rici Solihin berinisiatif membentuk Paprici, suatu bentuk usaha di bidang hortikultura dan olahan pangan yang berkonsep pemberdayaan untuk mengoptimalkan rantai distribusi dari petani ke konsumen akhir sehingga dapat memangkas biaya logistik dan waktu pengiriman barang. Dengan harga yang kompetitif konsumen dapat memperoleh produk yang lebih segar dan tentunya meningkatkan pendapatan petani lokal.

 

Awal mula terbentuknya Paprici

Sebelum Paprici terbentuk, pada tahun 2010 Rici Solihin sudah memulai usaha di bidang agribisnis yaitu sebagai supplier buah dan sayuran yang ia beri nama “Segar Barokah.” “Di kampung halaman saya, petani-petani sulit menemukan pasar sementara saya sendiri ada di kota sekolah (masih S1) kemudian saya tergerak untuk mengambil barang dari petani dan membantu pemasarannya seperti ke Bandung, Jakarta, Batam, Riau, Kalimantan, dan Sumatera.”

 Margin menjadi supplier yang hanya sekitar 10-15% menggerakkan Rici untuk mengembangkan usahanya. Dengan latar belakang pendidikan Bussiness & Management yang dimilikinya, beliau kemudian membuat bussiness plan (sekaligus dijadikan sebagai tugas akhirnya) tentang analisis perkebunan paprika. Dirinya mengaku terinspirasi dari kakaknya yang bertani paprika di sela-sela pekerjaannya, mampu mendirikan satu greenhouse baru dalam setahun.

Pada tahun 2012, terbentuklah Paprici dengan memberdayakan petani di daerah Pasir Langu, Kabupaten Bandung Barat. “Namun, ketika harga murah para petani menjual barangnya ke saya, sedangkan saat harga tinggi petani menjual ke orang lain. Hal ini menyebabkan order yang sudah tetap tidak terpenuhi. Lantas saya memutuskan untuk juga bertani paprika secara mandiri,” cerita finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri 2011 ini.

????????????????????????????????????

Paprici, memberdayakan pemuda dan petani lokal

Paprici, brand yang mengusung konsep pemberdayaan ini berhasil memenangkan Duta Petani Muda 2016 yang diselenggarakan oleh OxFam, Agriprofocus, dan dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan sebagai juara 1. Dengan keputusannya membuka pertanian paprika secara mandiri, Rici mampu memberikan lowongan pekerjaan bagi para pemuda di desanya. Petani muda yang juga juara 1 se-ASEAN YSEALI Pitch Master of Business comp di Vietnam tahun 2015 menjelaskan, “selain mendapat pekerjaan, para pemuda juga mendapatkan skill yang baru. Hal ini juga berkontribusi dalam regenerasi jumlah petani muda. Saya ingin mengubah mindset para pemuda terhadap pertanian yang dianggap sebagai profesi yang tidak menarik. Saya bersyukur, banyak petani muda yang pernah bekerja di greenhouse kami mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.”

“Hasil kebun paprika milik kami hanya mampu memenuhi 30-40% dari jumlah order, selebihnya kami bekerjasama dengan petani binaan dan petani mitra. Untuk petani binaan kami berada di Desa Pasir Langu, mereka kami beri modal/subsidi kemudian hasilnya kami tampung dan pasarkan bersama komoditas kami. Sedangkan petani mitra kami berada di beberapa daerah di Jawa Barat seperti Garut, Pengalengan, Lembang, dan Tasikmalaya untuk memenuhi pesanan konsumen selain paprika,” ceritanya dengan penuh semangat.

Dalam bisnis ini Rici melakukan grading sesuai dengan permintaan pasar. Untuk grading paling kecil dijadikan produk olahan pangan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat terutama kaum perempuan.

 

Paprici menerapkan sharing economic kepada petani lokal

Dengan sharing economic yang diterapkannya, kini petani dapat memperoleh transparansi informasi harga dan konsumen juga dapat dilindungi apabila harga melambung tinggi. Hal ini sangat berperan dalam menekan tengkulak yang rata-rata memainkan harga di tingkat petani. Margin pendapatan petani juga lebih tinggi karena biaya logistik dapat lebih dipangkas. Rici juga berpendapat bahwa sharing economic dapat menjadi solusi bagi daerah-daerah lain.

Lebih lanjut, dengan senang hati Rici menjelaskan bagaimana strateginya dalam menghadapi para tengkulak. Hal yang dilakukan pertama kali adalah dengan melakukan pemetaan terhadap segmentasi pasar tiap-tiap tengkulak, kemudian mencari pasar yang tidak jenuh. Menurutnya memutus mata rantai tengkulak akan menimbulkan permasalahan yang baru.

“Terdapat 4-6 perantara di dalam rantai pasokan. Solusi yang harus kita lakukan adalah mengoptimalisasikan peranan-peranan mereka. Misalnya, perantara pertama berperan sebagai quality control dengan melakukan grading terhadap produk. Perantara kedua berperan dalam pengemasan. Perantara ketiga sebagai distributor ke perantara keempat sesuai grade seperti hotel, supermarket, maupun pasar induk. Sedangkan perantara ke 5 dan 6 harus kita edukasi agar lebih produktif seperti melakukan pengolahan terhadap barang grade terkecil atau barang yang jumlahnya terlalu banyak dengan permintaan sedikit di tingkat supplier,” ungkap jajaka asli Bandung tersebut.

rici

Setelah menyandang gelar Magister Ilmu Manajemen, kini Rici melebarkan sayap berkarir sebagai dosen di salah satu universitas swasta di Jakarta. “Tujuan saya masuk ke lingkungan akademisi adalah agar dapat memudahkan untuk memperoleh sumberdaya-sumberdaya yang kreatif yang ilmunya dapat diimplementasikan di bidang usaha kami. Saya juga  aktif dalam berorganisasi, mengikuti kegiatan sosial seperti Duta Petani Muda 2016 ini, bergabung dengan beberapa komunitas kreatif dan kepemudaan, sebagai usaha pengembangan diri saya,“ ujar fans berat Nabi Muhammad SAW dan Liverpool FC ini.

Setelah bergelut langsung menjadi petani kini Rici dapat merasakan apa yang sesungguhnya menjadi permasalahan di dunia pertanian. Berprofesi sebagai seorang entrepreneur juga mengajarkannya untuk selalu memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan harus mau mendengarkan semua kritik dan saran mereka.

Terlebih setelah bergelut di bidang social enterprise, dirinya sadar bahwa berwirausaha sekaligus bertani tidak hanya sekedar mencari keuntungan, tetapi juga harus mau bertoleransi dengan lingkungan dan masyarakat.

Harapannya kedepan Paprici mampu berkembang besar, dapat diintegrasikan dengan bidang lain seperti peternakan, perikanan sehingga dapat menciptakan ekosistem yang positif. Tentunya mampu memberikan lapangan pekerjaan sebesar-besarnya dan bermanfaat bagi masyarakat.

Paprici juga terbuka sebagai pusat pembelajaran bagi masyarakat yang ingin belajar pertanian maupun wirausaha sosial. Karena tujuan akhirnya tumbuh generasi-generasi baru yang mampu menciptakan produk-produk lokal berdasarkan kearifan lokal setempat. “Mengglobalkan produk lokal,” imbuhnya.

Berikut pesannya untuk para pemuda di akhir pembicaraan, “banyak anak muda yang kini beranggapan bahwa sukses itu mendapat pekerjaan dengan gaji besar di kota, sedangkan desa tempat mereka dibesarkan ditinggalkan. Boleh saja mencari ilmu dan mencari pengalaman di kota, namun harapan terbesar saya adalah bawalah ilmu dan pengalaman yang diperoleh untuk membangun desa dan turut menyejahterakan masyarakat.” Luar Biasa!

        Kabar terbaru, kini Paprici dan Segar Barokah digabungkan menjadi satu brand bernama Paprici Segar Barokah. ^_^