Siapa bilang berternak hanya bisa dilakukan di daerah pedesaan saja ? Ketiga pemuda ini berhasil mematahkan paradigma tersebut bahwa ternyata berternak juga bisa dilakukan di perkotaan. Berjarak sekitar 80 km dari ibukota, sebuah peternakan dibangun di atas lahan 3000 m2 tepatnya di Jalan 45, Gang Cikamil, Kampung Muntil, Kelurahan Cikulur, Kota Serang, Banten. Sang pemilik lahan dan penggagas ide peternakan ini memulai usaha beternak sejak awal tahun 2013 hingga berbadan hukum menjadi CV Banten Reksa Niaga pada 8 Juli 2015 lalu .
Tak pernah terbesit di benak Aristama Merzario (31) dan Febriandi Rahmatulloh (32) bahwa selepas mereka kuliah mereka akan bergelut di bidang peternakan yang jangankan pernah mempelajari ilmunya, berdiskusi tentang dunia peternakan saja tidak pernah mereka lakukan. Tak heran, keduanya baik Rio maupun Febri sama-sama berlatar belakang ekonomi dan ilmu menghitung (Rio merupakan lulusan STAN sedangkan Febri merupakan alumni ilmu statistik UGM ). Namun siapa sangka justru dari kedua latar belakang ilmu inilah yang mendorong mereka mendirikan sebuah peternakan berdasarkan sebuah pemikiran sederhana tentang komoditas pangan yang akan terus bertambah permintaannya seiring dengan semakin meningkat pertumbuhan penduduk hingga akhirnya memilih domba sebagai hewan yang mereka pilih untuk diternakkan. Berdasarkan pengakuan Fajar Fachrudin (32), orang yang dua tahun belakangan ini turut mengurus Banten Farm, alasan mereka memilih domba sebagai hewan yang diternakkan adalah berangkat dari niat untuk memudahkan keluarga atau kerabat dekat dalam menjalankan ibadah. Seperti kita ketahui bahwa domba merupakan hewan yang paling banyak digunakan untuk beribadah orang muslim pada khususnya untuk acara-acara seperti aqiqah dan qurban mengingat siklusnya yang pendek yakni domba dengan usia 6 bulan sudah dapat untuk aqiqah dan domba di bawah satu tahun sudah dapat untuk dijadikan qurban. “ Niat kami hanya ingin membuat orang di sekitar kami dapat beribadah dengan mudah dan murah. “ , jelas Fajar atau yang akrab dipanggil Jarwo ini dengan semangat saat dihubungi via telpon.
Pembibitan dan Penggemukan
“ Banten Farm ini beda dari yang lain, karena biasanya peternakan itu kalau tidak fokus di pembibitan saja atau di penggemukan saja. Nah di Banten Farm ini kami memadukan keduanya, pembibitan dan penggemukan domba dengan alasan karena pembibitan itu siklusnya panjang, dalam satu tahun paling hanya terjadi tiga kali kelahiran. Untuk menyiasatinya kami menyambung dari petani kecil dengan mengambil domba yang berusia enam bulan lalu kemudian kami besarkan di kandang kami. “, urai Fajar menjelaskan metode berternak di peternakan yang ia kelola. Sedangkan untuk penggemukkan kami sengaja memilih pakan yang berkualitas sehingga domba yang dihasilkan memiliki berat di atas rata-rata yakni 20-40 kg. Maka dari itu untuk tetap mempertahankan kualitas bibit unggul domba indukan, di kandang Banten Farm indukan domba dijaga tetap pada jumlah 50 ekor, sedangkan domba khusus untuk penggemukan dijaga pada jumlah 30 ekor. “Jadi kira-kira domba yang ada di kandang sekarang ada sekitar 85 ekor”, terang Fajar lagi. Tahap mempersiapkan bibit domba yang bersifat unggul merupakan tahap yang penting karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil anakan domba. “Walaupun saat penggemukan domba tersebut diberi pakan yang berkualitas tinggi, namun kalau domba tersebut bukan berasal dari bibit yang unggul tetap hasilnya tidak akan bagus, atuh.” , jelas Fajar dengan logat Sunda nya. Menambah tentang keunikan yang dimiliki Banten Farm, pria berkelahiran 9 April 1984 ini berujar bahwa merawat domba-dombanya agar terhindar dari stress sangat mereka perhatikan. “Hewan kami dirawat dengan bersih rutin dimandikan, dipotong kukunya, diberi makanan yang cukup nutrisinya dan dipastikan tidak stress. Peternakan kami rutin berkonsultasi dengan dokter hewan dan ahli nutrisi ternak.”, ujarnya.
Banten Farm memadukan antara pembibitan dan penggemukan
Memulai Dari Nol
Dalam menjalankan Banten Farm ini, kerjasama tim merupakan kunci utama yang mereka terapkan hingga kini. Terlihat dari pembagian tugas kerja yang jelas sehingga segalanya berjalan dengan lancar. Sebagai pendiri Banten Farm, Febri yang lahir di Serang, 28 Februari 1985 memegang peran yang paling penting di perusahaan ini yakni bertanggung jawab pada bagian project dan marketing yang ia remote dari Qatar, tempat ia belajar sekarang. Sedangkan Rio, pria berperawakan kecil yang lahir pada 3 Juli 1985 ini, bertanggungjawab pada finance dan bersama Fajar rajin mengunjungi kandang seminggu dua kali. Fajar sendiri yang merupakan lulusan Ilmu Pemerintahan, mengaku sejak awal ditarik masuk ke Banten Farm sudah diberi tanggung jawab mengurus teknis di lapangan dibantu empat orang petugas yang ditugaskan di kandang,
Ketika ditanya bagaimana awal memulai berternak tanpa background pendidikan yang tidak ada kaitannya dengan peternakan, Fajar menjawab bahwa mereka memulainya dengan belajar dari berbagai sumber. Fajar menyebutkan bahwa beberapa tempat belajar mereka adalah petani peternak terdahulu seperti Biar Surya Lestari di Tanggerang dan Mitra Tani Farm di Bogor. Mereka belajar tentang basic-basic di peternakan seperti perbedaan domba dan kambing, pakan serta penyakit yang menyerang domba. Seiring perjalanan, mereka menyadari bahwa ilmu yang mereka miliki masih belum cukup sehingga mereka juga belajar lagi dari mentor-mentor peternak dari berbagai daerah. Selain itu mereka juga mendapat bimbingan teknis dari beberapa rekan konsultan yang sudah terbiasa menangani peternak besar seperti PT Eurovet Indonesia. Mereka bahkan beberapa kali membeli buku-buku langsung dari United States of America (USA) karangan Temple Gardin untuk psikologis hewan dan kesejahteraan hewan, sedangkan bidang manajemen mereka membeli karangan Walt Davis untuk referensi.
Kendala Tak Menggoyahkan
Di dalam sebuah perjalanan pastilah ada kerikil-kerikil kecil yang mengganggu perjalanan, begitupun dengan peternakan Banten Farm yang mereka kelola. Beberapa kendala mengiringi perjalanan peternakan mereka yang hampir berjalan empat tahun ini. Berdasarkan keterangan Fajar, sebagai orang yang paling banyak paham keadaan di lapangan, ia mengungkapkan bahwa kendala di Banten Farm yang paling utama ada dua, yakni kendala pangan dan kesehatan. Keinginan mereka memberikan pakan yang ekslusif untuk domba indukan tidak dibarengi dengan luas lahan yang mereka punya untuk menanam rumput sendiri. “Kalau dihitung, ya kira-kira kami membutuhkan 2-5 ha lahan, tapi lahan yang kami punya sementara hanya 1 ha. Jadi untuk menutupi kekurangannya kami masih membeli.”, Fajar berujar. “Kendala kesehatan yang kami alami lebih ke penanganan dokter hewan dari Dinas Kesehatan yang susah sekali kami minta untuk berkunjung ke kandang kami, padahal ada beberapa kasus yang tidak bisa saya tangani sendiri. “, sambungnya bercerita. Untuk menyiasati kendala-kendala tersebut, Fajar dan rekannya memilih untuk patuh pada prinsip “Mencegah sebelum mengobati” dengan cara setiap tiga bulan memberikan vitamin pada domba, antibiotik dan obat cacing juga tak lupa diberikan. Walaupun kendala-kendala tersebut sampai sekarang masih terus mereka alami juga dengan kendala-kendala lainnya, tak membuat sedikitpun dari benak mereka keinginan untuk menyerah karena sejak awal mereka sudah berkomitmen menjalankan peternakan ini sambil terus menerus belajar.
Food Culinary dan Agroforestry
Ada yang menarik ketika ditilik dari web mereka www.bantenfarm.com , beberapa next project di tahun 2017 seperti Food Culinary dan Agroforestry. Ketika dikonfirmasi tentang kedua project tersebut, Fajar menceritakan tentang mimpi mereka mewujudkan semacam pasar di dalam peternakan yang menjual olahan daging domba dan sapi siap masak seperti sate siap bakar, daging cube, dan olahan frozen lainya yang siap makan. Sedangkan untuk Agroforestry, target Banten Farm adalah menanam tanaman di sekitar peternakan seperti aren dan vanili yang rencananya akan mengajak penduduk lokal di sekitar area peternakan. Sejauh ini penduduk lokal sudah dilibatkan dalam usaha ini seperti misalnya untuk urusan jagal dan memasak acara aqiqahan. Memang diakui masih agak susah mengajak para penduduk lokal ikut andil dalam usaha ini. “Maklum, di kota hehe.”; seloroh Fajar.
Dalam jangka panjang setelah 5 tahun berbadan hukum tepatnya di tahun 2020, target Banten Farm adalah untuk memonetize pengetahuan yang sudah didapat selama ini dengan tiga langkah utama yaitu: Scale up dengan merubah pola ternak dari intensif menjadi ekstensif /ranching, menurunkan biaya perawatan dan operasional per ekor hewan dengan perubahan pola ternak, serta menjadi penyedia utama produk turunan peternakan seperti daging siap olah setidaknya bersaing dengan produk-produk import yang ada saat ini. Jeda waktu 2 tahun dari 2017-2020 mereka siapkan untuk planning, funding dan trial perubahan pola ternak dan scale up.
Fajar bersama domba hasil ternaknya.
Pada akhir pembicaraan, Fajar menitipkan harapan dan pesan bagi anak-anak muda yang ingin berkecimpung di dunia peternakan ataupun dunia pertanian serta perikanan. “Semoga semakin banyak anak muda yang mau terjun tapi harus terukur, karena modal nekat itu tidak cukup. Walau begitu harus segera dimulai dengan hal-hal kecil”, pesannya menutup pembicaraan. Baik Kang Fajar, kami catat! (Ismi)