Berawal dari teman main di Teknik Elektro, teman satu perjuangan membabat mata kuliah berubah menjadi team work yang peduli masa depan bangsa. Mereka percaya mengatasi permasalahan mendasar di Indonesia, tak hanya butuh satu bidang saja, jadi harus berkolaborasi. Ya, berkolaborasi merupakan hal yang diusung para pengagas start up teknologi pertanian ini.
ATNIC merupakan sekumpulan anak muda Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada. Anak-anak muda ini berkomitmen mendedikasikan waktu mereka untuk membuat produk teknologi di bidang pertanian dan perikanan. Berdiri tahun 2014, ATNIC resmi berbentuk PT pada Desember 2015 dengan nama PT Atnic Ekotekno Wicaksana. Saat ini ATNIC fokus pada pembuatan produk, desain engineering, research services dan project terbaru mereka adalah 3D printing. Dalam pembuatan produk ATNIC telah meluncurkan perangkat Blumbangreksa.
Blumbangreksa merupakan perangkat internet pemantau kondisi tambak udang. Kenapa tambak udang? Berangkat dari permasalahan petani udang yang mengalami gangguan budidaya udang akibat faktor-faktor lingkungan seperti media air (suhu, salinitas, pH, dan kadar oksigen), mutu pakan, kepadatan tebar dan penggunaan bahan kimia. Blumbangreksa dirancang untuk membantu petani udang dan meningkatkan respon petani untuk menjaga kualitas air dan mengurangi kesalahan manusia.
Dipilihnya riset di bidang aquaculture tentu bukan tanpa alasan. Selama ini petani udang sering mengalami kesulitan mengetahui kondisi air di kolam karena alat ukur yang tersedia harus dioperasikan secara manual. Adanya ketidaksesuaian kondisi air kolam terkadang baru diketahui setelah muncul gejala gangguan pada udang budidaya. Akibatnya kerugian hingga gagal panen pun sering dialami petani.
“Kami pernah bertemu dengan petani udang yang begitu bahagia dengan hasil panen udang di tambaknya. Namun, di tempat lain ada petani udang yang rugi besar karena gagal panen dengan banyaknya udang yang mati”, ungkap Farid salah satu co-founder ATNIC.
Teknologi berbasis internet dan GSM ini bisa mencatat kondisi air tambak dan hasilnya bisa dilihat dengan gadget atau website. Pemanfaatan teknologi ini niscaya bisa membantu petani memantau kondisi air tambak, sehingga jika ada kondisi air yang tidak sesuai, penanganan bisa dilakukan lebih dini. Inovasi teknologi ini merupakan Finalis Nasional Mandiri Young Technopreneur 2015 dan penerima program bisnis Yayasan INOTEK (Inovasi Teknologi). Pada April 2015, BlumbangReksa berhasil menjadi 3 terbaik di ASME Ishow, sebuah kompetisi inovasi riset tingkat internasional.
Mereka Dibalik ATNIC
Saat ini Atnic Ekotekno beranggotakan 10 orang. 4 orang sebagai Co-founder. Mereka ialah Raynalfie Rahardjo (Alfie) merangkap CEO & Co-founder, Syauqy Nurul Aziz (Syauqy) sebagai CMO & Co-founder, Hanry Ario (Hanry) sebagai CTO & Co-founder dan Farid Inawan (Farid) sebagai Lead Engineer & Co-founder. 6 orang berikutnya ialah Erwan Fahmi Baharudin (Erwan), Liris Maduningtyas (Madun), Ainun Nadhif (Nadhif), Ridwan Wicaksono (Ridwan), Winnerryanto Dwi Indra (Indra) dan Aji Resindra Widya (Aji).
Sejak tahun 2014 di bentuknya ATNIC, segi manajemen menjadi hal penting yang harus diperkuat. Berlatar belakang anak teknik tentu membuat mereka harus pandai pandai mengatur jadwal, waktu dan profesionalitas. “Mencari orang yang mau berjuang dari awal juga hal yang jadi pertimbangan kami”, jelas Syauqi.
Mengusung tagline “Brighten Future with Innovation” Atnic bersiap untuk terus mengembangkan teknologi yang tak hanya keren, tapi juga bernilai. Latar Belakang anak-anak ATNIC memang bukan dari pertanian tetapi dari segi teknologi, tetapi setelah bergerak kearah bidang pertanian mereka menemukan lingkaran penghubung saling terkait yang saling membantu memwujudkan mimpi mereka. September 2014 ATNIC mulai berkenalan dengan Indmira dan menjalin kerjasama di bidang riset. Indmira merupakan perusahaan riset di bidang pertanian, lingkungan dan energi terbarukan. Indmira menggunakan Blumbangreksa untuk memantau riset kolam udang dan kolam kerapu dengan sistem biofilter.
Liris Maduningtyas sebagai satu-satunya personel wanita di ATNIC bercerita tentang pengalamannya bekerja di ATNIC. “Tehnik elektro tidak membatasi wanita berkarya lewat teknologi yang bermanfaat bagi khalayak luas”.
Iklim keluarga yang belum sepenuhnya mendukung dan tak juga menolak, menjadi PR tersendiri bagi anggota ATNIC. Komitmen meyakinkan mereka bahwa ini saat yang tepat untuk memulai. “Team sudah ada, patner sudat tepat, modal sudah ada, tinggal mau atau tidak”, tambah wanita yang kerap disapa Madun ini.
Harapan
Berbicara mengenai kondisi pertanian kedepan, ATNIC berbagi pandangan mereka. Mereka memandang optimis.
“Akan lebih banyak anak muda yang mau mengembangkan teknologi di bidang pertanian atau perikanan, fokus dan berkualitas”, ungkap Alfie. Ia juga berbagi tips jika ingin terjun di bidang start up seperti ATNIC.
“Pertama ialah komitmen, yakin pada diri sendiri. Kedua ialah, temukan partner. Karena seperti diungkapkan diawal bahwa kita tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan kolaborasi antar bidang keilmuan untuk dapat membuat pertanian Indonesia Mandiri Berkelanjutan”. Tertarik mencoba?
Kamu bisa mengetahui lebih lanjut tentang atnic dan proggresnya dengan mengunjungi di website http://www.atnic.co/ atau lewat akun facebook https://www.facebook.com/AtnicCo/ dan akun instagram @atnicelectronics
(ras)