Apni Olivia Naibaho, Dedikasi Tiada Henti untuk Petani

Kata “lelah” seolah takpernah ada di kamus seorang Apni Olivia Naibaho.  Sejak tahun 2013, Apni begitu sapaannya memutuskan menjadi seorang petani dan mengajak petani lokal agar beralih ke pertanian organik. Berkat dedikasinya tersebut, petani muda kelahiran Pematangsiantar, 30 April 1982 ini dinobatkan sebagai Peserta Berdedikasi Duta Petani Muda 2016.

Berawal dari keprihatinannya melihat kondisi petani konvensional di Sumatera Utara yang sebagian besar masih berhubungan dengan tengkulak ataupun rentenir. Pinjaman modal dengan bunga yang cukup tinggi semakin mempersulit hidup petani. “Kondisi ini membuat saya mulai berpikir untuk pulang kampung pada September 2012 dan menjadi petani. Sebelumnya, saya mempersiapkan diri dengan mengikuti kursus pertanian organik di Sentul, Bogor karena latar belakang pendidikan saya bukan pertanian,” kenang lulusan Program S2 Master Ministry di STT Cipanas tersebut.

IMG-20161119-WA0068

Cerita Apni Mengajak Petani Lokal Beralih ke Pertanian Organik

Petualangan Apni dimulai dari April 2013.  Bersama seorang temannya, Apni menyewa lahan selama setengah tahun di daerah Sumber Jaya. Dengan harapan dapat menjadi lahan percontohan bagi petani sekitar. Pengolahan lahan dibantu petani setempat. Berbekal ilmu pertanian yang dimilikinya, Apni dan temannya dengan tekun menanam, merawat, memanen sayur organik hingga menjualnya. Awalnya sayuran Apni hanya dijual ke kolega, tetangga, dan saudaranya. Sewa lahan ini tidak diperpanjang karena tidak ada petani setempat yang berminat bertani organik.

Kecewa? Pasti. Namun keberhasilannya yang tertunda di tanah Sumber Jaya tidak menyurutkan semangat Apni untuk tetap melangkah. Apni kemudian menggunakan lahan temannya di daerah Tanjung Pinggir. Ya, masih dengan semangat yang sama mengajak petani untuk bertani organik.

Tantangan di lahan yang baru, Apni mengalami kesulitan mencari tenaga kerja. Ditambah temannya memutuskan untuk tidak bekerjasama lagi karena memilih profesinya sebagai guru. Lantas lahan seluas 800 m2 tersebut ia olah seorang sendiri. Di ladang tersebut,  Apni hanya mampu bertahan selama tujuh bulan.

Pantang menyerah adalah hal yang patut diteladani dari sosok Apni Naibaho. Tiga bulan kemudian Apni menyewa ladang baru di daerah Blok Songo. Apni mempekerjakan 3 petani setempat untuk membantunya membuat bedengan, mengolah lahan, bertanam sayur dan merawatnya sampai panen. Semua secara organik. Di tempat ini, usahanya mulai membuahkan hasil. Tak ada usaha yang mengkhianati hasil. Dengan kegigihan dan kerja kerasnya, masyarakat mulai tertarik bertani organik.

“Satu tahun kemudian, 2 orang tertarik bertani secara organik. Saya mengajari mereka termasuk membuat pupuk dan pestisida sendiri yang bahannya didapat dari alam. Ketika mereka sudah berhasil dan dari segi finansial menguntungkan, beberapa petani tertarik untuk bergabung. Sekarang sudah ada 5 orang petani setempat yang beralih menanam sayur organik di lahannya masing-masing. Saya turut membantu memasarkan produk mereka,” ungkapnya bahagia.

Hingga kini Apni terus melakukan pengontrolan terhadap petani-petani binannya. Meskipun sayuran tersebut belum murni organik (karena lingkungannya masih menggunakan pupuk kimia), tetapi tidak menyurutkan langkah Apni dan petani binaanya untuk tetap bertani secara organik. “Setidaknya dengan perlakuan organik dapat menghasilkan kualitas sayuran yang lebih baik,” tandasnya.

Petani memanen sayuran Sise. Sumber: @apni_olivia

Berbagai Tantangan Tak Menggoyahkan

Berjuang bersama masyarakat memang tidak mudah. Baik energi, waktu, strategi, hingga materi telah Apni curahkan demi meningkatkan kesejahteraan petani. Tak hanya itu, kekuatan mental Apnipun benar-benar diuji.

“Mengubah pola pikir petani untuk beralih ke organik tidaklah mudah. Mereka harus melihat bukti dulu. Baru percaya dan mau beralih ke organik. Itu pun panjang proses meyakinkannya, belum lagi petani tidak mau repot-repot membuat fermentasi pupuk dan pestisida organik. Di awal saya yang mensupply kebutuhan pupuk dan pestisida untuk lahan mereka sampai mampu produksi sendiri. Dibutuhkan kesabaran untuk terus meyakinkan mereka bahwa usaha sayur organik ini menjanjikan secara finansial,” jelas Apni mengenai kendala yang dialaminya selama terjun ke masyarakat.

Apni juga mengaku pernah diragukan kemampuan bertaninya hanya karena dirinya seorang wanita. “Saya punya ilmu pengetahuan dan anda memiliki tenaga jadi mari bekerjasama,” ungkap Apni meyakinkan petani bahwa dirinya benar-benar memiliki kemampuan bertani.

Sise (Siantar Sehat), Usaha Sayur Organik yang Dirintis Apni

Sise (Siantar Sehat) adalah nama usaha yang dirintisnya. Dengan produk utama sayuran organik, kini Sise telah dikenal banyak orang. Dengan sistem dellivery order area Pematang Siantar, Sise siap melayani para konsumen yang membutuhkan asupan sayur sehat.

“Visi saya mendirikan Sise adalah agar petani dapat makmur sejahtera dengan tanah yang subur, bebas dari tengkulak, dan masyarakatpun bisa mengkonsumsi produk organik yang sehat. Dalam bahasa Batak, Sise artinya ramah atau tersenyum. Sehingga harapannya petani bisa tersenyum ketika memproduksi produk Sise yang ramah lingkungan. Pun demikan halnya dengan pembeli, juga tersenyum ketika mengkonsumsi produk Sise,” ungkap Apni berfilosofi.

20161028_121858

Produk Sise dan pelanggan setianya. Sumber: Apni Olivia Naibaho

Terus berinovasi adalah cara Apni mengatasi kendala-kendala usahanya. Stik sayuran adalah produk turunan dari usahanya. Hal ini sebagai upayanya menyiasati sayuran yang mudah rusak. Selanjutnya Apni juga berencana akan memproduksi bolu sayur organik.  Rencana besar lainnya adalah Apni akan mendirikan rumah makan organik ketika jumlah petani organik semakin banyak di Pematang Siantar.

stik sayuran sise

Stik sayuran Sise. Sumber: @apni_olivia

Modal yang terbatas merupakan kendala terbesar yang dialami Apni dari sisi finansial. Hingga kini dirinya belum memiliki lahan sendiri. Padahal Apni berkeinginan membangun green house sebagai sarana masyarakat untuk belajar pertanian organik.

Dengan semakin meningkatnya permintaan produk sayur Sise juga membutuhkan moda transportasi yang lebih baik seperti mobil pick up. “Selama ini saya memasarkan produk hanya menggunakan motor dan itu kurang efisien. Selain tidak dapat mengangkut produk dalam jumlah yang banyak, resiko kerusakan produk juga lebih tinggi.”

Motor

Apni saat mengangkut produk Sise menggunakan motor kesayangannya. Sumber: Apni Olivia Naibaho

Di sisi lain Apni juga membutuhkan tenaga ahli pertanian sebagai pembimbing masyarakat dan petani mitra Sise. Kini Apni yang fokus pada pemasaran hasil produk juga membutuhkan tim kerja yang akan memanajemen Sise agar lebih maju. Apni mengakui bahwa dirinya tidak dapat bekerja sendiri.

Apni berharap dengan adanya Sise yang ia rintis dapat menjadi role model pertanian organik. Dirinya berharap semua petani di Sumatera Utara beralih ke pertanian organik sehingga kesejahteraan petani meningkat. “Dengan demikian, anak-anak petanipun bisa sekolah setinggi-tingginya dan tidak malu untuk melanjutkan usaha pertanian orang tua mereka,” imbuhnya mantap.

Kiprahnya terjun di dunia pertanian terinspirasi dari seorang Ibu Susi Pudjiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan) yang sebelumnya sudah terbukti keberhasilannya memberdayakan nelayan di daerahnya. “Saya sering berkunjung ke beberapa daerah pertanian, berbincang-bincang dengan petani setempat dan mengajak mereka untuk beralih ke pertanian organik. Saya menawarkan akan mendampingi mereka dalam bertani organik dan juga membantu memasarkan produk pertaniannya,” ungkap Apni mengenai bagaimana upayanya mengikuti jejak langkah sang idola.

Berprofesi sebagai petani dan seorang entrepeneur dirasa sangat cocok untuknya karena pekerjaan tersebut tidak terikat waktu. “Bisa bebas dalam berkesplorasi, berkespresi, dan berkreasi,” imbuhnya.

Selain berharap kepada pemerintah agar mengadakan teknologi canggih untuk pengembangan pertanian rakyat kecil, Apni juga sangat berharap terhadap peran serta pemuda untuk kembali berkiprah di pertanian. “Semoga semakin banyak anak muda yang memiliki panggilan hati menjadi seorang petani ataupun mengembangkan pertanian. Sehingga cita-cita Indonesia swasembada pangan dapat terwujud. Kalau bukan kita, siapa lagi?”

Ya…..siapa lagi kalau bukan kita pemuda Indonesia! Terimakasih kak Apni Olivia Naibaho atas dedikasinya memajukan masyarakat dan pertanian Indonesia. You’re Never Walk Alone ^_^ (Yuni)