Cerita Juara Hackafarm Innovation Camp 2016: Nurul Hidayah dari Amazing Agriculture

Amazing Agriculture Team

Kuliah di jurusan Pendidikan Biologi bukan alasan bagi Nurul Hidayah untuk berprestasi di bidang pertanian. Sebelumnya tak pernah terbesit di dalam benaknya untuk berkarya di bidang yang tidak sesuai dengan jurusannya itu (meskipun biologi dengan pertanian memiliki kaitan yang erat). Awal mula kecintaannya dengan dunia pertanian adalah ketika ia mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian yang diselenggarakan oleh FAO pada tahun 2013. Hal yang mampu menggelitik hatinya yaitu ketika pemateri memaparkan kondisi pertanian Indonesia saat ini yang jauh berbeda dengan dahulu kala. “Hal mendasar yang menyebabkan menurunnya hasil pertanian Indonesia saat ini adalah karena kondisi tanah yang semakin kritis. Kunci dari pertanian adalah kondisi tanah, jika tanahnya subur maka tanamanpun subur dan hasil melimpah” kata Nurul mengutip pembicara kala itu. Semenjak itulah ia bertekad untuk berkontribusi dalam bidang pertanian. Dengan bekal ilmu Biologi yang ia miliki, ia mencoba menciptakan terobosan-terobosan baru untuk mengembangkan ilmu dan teknologi pertanian.

Baginya, pertanian adalah bidang yang sangat menarik untuk digeluti dan tidak pernah habis untuk dipelajari. Sejak momen menggelitik tahun 2013 tersebut, ia kemudian aktif berkiprah di bidang pertanian. Sesuai dengan kapasitasnya sebagai mahasiswa, ia rajin mengajukan PKM (tentang pertanian tentunya) yang selalu ditawarkan kampusnya. Usaha memang tak pernah mengkhianati hasil, “Healthy field increase my rice” satu dari beberapa kali judul PKM yang ia ajukan berhasil didanai. Dalam kegiatan perlombaan, ia pernah menjadi finalis yang dikonferensikan di UI mengangkat tema aplikasi mikroba untuk pembugaran tanah agar hasil pertanian meningkat. Selain itu, ia juga pernah membuat karya tulis Al-Qur’an yang intinya mengaitkan kandungan isi surat Al-A’raf ayat 58 dengan aplikasi pertanian secara biologis.

Ia juga menantang dirinya untuk terjun langsung ke masyarakat. Ia membantu temannya yang memperoleh dana sebesar 102 juta rupiah dari Dompet Dhuafa untuk pengembangan masyarakat sebagai pembina lapangan dalam teknis budidaya dan pengolahan pasca panen jamur tiram bagi warga desa di wilayah Klaten. Bahkan ia mengaku, “sebenarnya untuk pengolahan pasca panen, sebelum membina masyarakat saya belajar memasak terlebih dahulu karena memang belum memiliki pengalaman akan hal itu,” kenangnya sambil tertawa.

Hack a farm Innovation Camp 2016 menjadi momen yang tak terlupakan bagi dirinya. Ia bersama saudara sepupunya Nadhiifah Nurul Haq (Agroteknologi UPN Yk) dan Muhammad Imam Muttaqiin (Teknofisika Nuklir STTN-BATAN) bergabung menjadi satu tim bernama Amazing Agriculture berhasil memenangkan lomba yang diselenggarakan oleh alumni beasiswa pendidikan dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat bekerjasama dengan Agradaya, Indmira, AgriProFocus, Kecipir, Mertani, Limakilo, Atnic, Siramin, Sekolah Tani Muda, Wikikopi, Sikumis, Mobileforce, Domainesia, dan lainnya pada 7–11 November 2016 di Yogyakarta. “Alhamdulillah, ini merupakan momen yang tak terlupakan karena kemenangan pertama saya setelah mengikuti berbagai kegiatan lomba seputar pertanian,” kata mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang menyelesaikan studinya tersebut. Ia juga tidak menyangka dapat menyisihkan 9 finalis lain yang menurutnya jauh lebih hebat daripada prototipe yang ia dan tim ajukan.

Juara Hackafarm Innovation Camp 2016

Prototipe yang ia ajukan menawarkan sebuah teknologi pengolah vanili yang dapat mengoptimalkan kualitas polong vanili. Gadis asal Kalasan, Sleman ini menjelaskan, “Tahap pelayuan merupakan poin terpenting untuk menentukan kualitas ekstrak vanili. Adapun tujuan tahap ini adalah mendorong kerja enzim untuk pembentukan vanilin. Penitis atau pelayu vanili otomatis dirancang untuk menghasilkan polong yang lebih berkualitas. Didesain tertutup dan suhu dikontrol menggunakan sensor suhu supaya dapat stabil pada suhu optimum 70oC. Alat ini juga dirancang untuk menjaga polong tetap higienis. Berbeda dengan metode pelayuan konvensional, alat ini menjaga polong vanili agar tidak tersentuh tangan dengan cara disemprot bertekanan. Higienis, suhu terkontrol, vanili tersortir, dan hemat energi tentunya.” Kedepannya ia dan tim juga akan melakukan penelitian lanjutan guna mengembangkan teknologi tersebut.

Tak berhenti di Hack a Farm, kedepannya ia juga berencana akan memulai bisnis susu bersama saudaranya. Gadis berjilbab yang bercita-cita ingin menjadi istri sholihah ini berharap kondisi pertanian di Indonesia ke depannya mampu mencapai titik “amazing” yakni hasil pertanian Indonesia yang kian melimpah dan tak ada lagi kata impor.

Tidak semua lomba yang ia ikuti berhasil, begitupula tidak semua PKM yang ia ajukan didanai. Berprestasi bukan berbicara tentang seberapa banyak lomba yang dimenangkan, seberapa besar dana yang didapatkan. Akan tetapi seberapa besar kontribusi kita untuk memajukan bangsa sesuai kapasitas diri. Mengutip balasan dari beliau saat dipuji, “Setiap orang keren, sesuai porsinya masing-masing.” Terimakasih Nurul, karyamu akan selalu kami nanti.

 

Ditulis oleh:

Yuniarti

Community Engagement of Agradaya