Agrotourism ala Sabila Farm

Bicara buah naga, nama Sabila Farm tentu tak bisa dilewatkan. Kebun buah naga di Yogyakarta yang berdiri sejak 2005 ini kini telah memiliki bibit buah naga tersertifikasi varietas Sabila Merah dan Sabila Putih dari Menteri Pertanian. Tak hanya itu, kebun buah naga milik Gun Soetopo ini kini juga menjalin mitra dengan 17 petani atau kelompok tani di beberapa kawasan di Indonesia untuk mengembangkan budidaya buah naga.  Sebut saja:  Bogor, Garut, Nusa Kambangan, Pontianak dan beberapa wilayah lainnya.

Sabila Farm berusaha menghasilkan produk buah naga yang memiliki kualitas baik sebagai upaya mengenalkan buah tropis ke masyarakat. Tak ingin berpangku tangan, Sabila Bestari, putri Gun Soetopo juga menyumbang peran bagi perkembangan Sabila Farm. Perempuan kelahiran 2 April 1992 ini, membuat berbagai olahan dari buah naga bernama La Sabila pada 2014.

Sabila Farm sebelumnya lebih banyak ke agrowisata buah naga. Hadirnya Sabila memberi warna dengan membuat berbagai olahan berbahan buah naga. Tujuannya mengedukasi masyarakat bahwa buah naga tak hanya dimakan dalam keadaan segar.

Berawal dari exchange ke Belanda selama 5 bulan berlanjut mengikuti pameran buah di Jerman, kebiasaan mandiri termasuk memasak sendiri selama di Belanda terbawa ketika kembali ke Indonesia. “ Balik ke Indonesia jadi suka masak, dan mulai mengembangkan berbagai olahan buah naga”, terang Sabila.

Berbagai olahan buah naga hasil tangan dingin perempuan riang ini seperti cookies, cake, bolu, selai, syrup, jelly, susu, bahkan pizza buah naga pun menjadi kreasinya.  “ Banyak pengunjung Sabila Farm yang kaget kalau buah naga bisa diolah menjadi berbagai makanan sehat tadi”, ujarnya sambil tersenyum.

Sabila pun sempat merasakan berkah dari ramainya pesanan produk olahan buah naga. Yang unik, Sabila mengaku selalu menggunakan buah naga hasil kebun sendiri dalam tiap olahannya. Mengutaman kualitas tentu menjadi alasannya.

 

“Kewalahan juga membuat pesanan berbagai olahan buah naga serta mendampingi sesi edukasi olahan buah naga di Sabial Farm. Akhirnya sekarang lebih fokus ke edukasi cooking class”, tambah perempuan yang semasa SMA sering menjuarai lomba debat bahasa Inggris hingga tingkat provinsi Yogyakarta ini.

Inovasi yang dilakukan Sabila dengan membuat berbagai olahan buah naga, tak terlepas dari pengalamannya mengikuti beberapa pelatihan. Sebut saja Cooking class course at IONs Culinary School Yogyakarta for Cuisine and Dessert, serta kelas memasak di Phoenix Hotel Yogyakarta  dan Santika Hotel Yogyakarta.

Tak puas hanya mendalami olah panganan, Sabila juga tertarik mengembangkan agrowisata Sabila Farm. Tak tanggung-tanggung,  Sabila menambah ilmu hingga ke Taiwan dan Philippines.

“Pertanian Taiwan cukup maju. Berbeda dengan Indonesia, petani disana mendapat posisi yang bagus, penghasilan serta gengsi yang bagus. Penjualan bunga disana di pelelangan, jadi petani memiliki posisi tawar dalam menentukan harga”, jelas Sabila yang berkesempatan mengunjungi petani bunga di Taiwan.

”Anak muda disana juga tidak malu menjadi petani. Hal ini juga didukung oleh riset di bidang pertanian yang cukup berkembang. Pemerintah juga mendukung pertanian dengan menyediakan dana untuk riset serta akses terhadap hasil riset bagi petani”, tambah perempuan yang mengenyam pendidikan di Bisnis Internasional, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada ini.

Tahun 2016, kembali Sabila  berkesempatan bersama keluarga melakukan wisata ke kebun kurma di Thailand. “Ternyata kurma yang menjadi buah khas negara timur tengah bisa tumbuh dan berbuah dengan baik disana”, imbuhnya.

Sabila juga sempat mengikuti kegiatan Farm Tourism di Philippines, sebuah ajang bagi pengusaha pertanian ASEAN bertemu dan berkomunikasi mengenai pengembangan wisata pertanian. “Ada 2 pengusaha pertanian dari Indonesia salah satunya Sabila. Farm Tourism disana mengemas pertanian terintegrasi. All in one lah, ada lahan sayuran, peternakan, perikanan, perikanan, kebun buah, dan bunga”, terang Sabila bersemangat.

Sabila menjelaskan beberapa agrowisata yang mengembangkan wisat pertanian terintegrasi. Menurutnya agrofarm tidak harus luas, yang penting pemanfaatan lahan secara maksimal serta pengelolaan yang baik. Termasuk sarana pendukung seperti jalan yang memadai.

“Moka Farm hanya 1 ha, tapi komplit punya semua. Farm tourism yang mumpuni serta dukungan pemerintah. Walaupun lokasi jauh dari kota, tapi akses jalan dibuat bagus” tambah perempuan yang juga sering memenangi kompetisi English Story Telling ini.

Tak mau kalan dengan pertanian negara lain,  Sabila yang sering mengikuti berbagai pameran di luar negeri ini tak pernah lelah mengenalkan berbagai produk buah tropis Indonesia. “ Buah Indonesia memiliki kualitas yang bagus, banyak pasar dari luar yang tertarik, seperti Zwitzerland termasuk juga Australia”

Hasil berguru ke beberapa negara Sabila gunakan untuk mengembangkan Sabila Farm.Ia dengan ramah akan menyambut pengunjung yang ingin belajar tentang buah naga di Sabila Farm khususnya berbagai produk olahan serta pengembangan bisnis buah naga. Tak lupa Sabila juga mendekatkan anak anak dengan buah naga dengan story telling berupa wayang buah naga. Bagi Sabila pertanian memegang potensi besar.

“Kalau ke dokter kita biasanya 1 tahun sekali, sedangkan ke petani 3 kali sehari (makan 3 kali seharu). Melihat betapa butuhnya kita pada pertanian berarti pertanian memang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Kedepan setidaknya Indonesia Feed Indonesia,” terang Manager of Marketing dan Sales di Sabila Farm ini.

Perempuan yang bermimpi punya sekolah pencetak enterpreneur khususnya di pertanian ini tak lupa berpesan bahwa pertanian Indonesia perlu inovasi dari generasi mudanya. wah! (Leana.)